Laman

Jumat, 09 Oktober 2015

Permainan Ini Bisa Mengatur Emosi Anak


Ada kalanya anak selalu ingin menang dan marah bila kalah dalam permainan kompetitif. Dokter spesialis anak, dr Markus Danusantoso, mengatakan, orangtua tidak membuat anak menjadi depresi karena kalah saat bermain. "Mainan itu harus dibuat menyenangkan," kata dia.

Justru, orangtua sebaiknya memanfaatkan permainan itu untuk membimbing anak agar memahami konsekuensi dari setiap perbuatan. "Misalnya catur, kita bimbing agar anak berpikir kalau jalan ke sini jadi kalah," ujar dia

Justru, anak diajarkan mengetahui ada dampak dari setiap pilihan langkah yang diambilnya, baik itu menang maupun kalah. Ajak anak berdiskusi agar dapat memutuskan pilihan yang tepat. "Bimbing anak untuk memperbaiki kesalahan-kesalahannya," ujar dia.

Permainan menang-kalah sebaiknya dipraktikkan saat anak sudah berusia di atas tiga tahun. "Permainan untuk usia 0-3 tahun sebaiknya tidak mengutamakan jadi pemenang, tapi mengajarkan anak untuk bisa mengetahui cara memainkan mainan," jelas dia.

Mendampingi anak saat bermain juga berguna agar dia dapat mengendalikan emosi saat mengalami kesulitan kala bermain. Orangtua dapat segera memberitahu solusi bila anak mengalami kendala. "Kalau dia kesal atau bingung bagaimana cara mainnya, harusnya orangtua mendampingi dan bilang pelan-pelan bahwa anak tidak perlu emosi," papar dia.

Dengan demikian, anak dapat mengerti bahwa kesulitan dapat diatas bila dibantu tanpa perlu meledakkan kemarahan. Orangtua pun harus tanggap bila anak terlihat kebingungan saat bermain.

"Jangan tunggu sampai dia nangis kejer baru orangtua mendatangi," kata dia. Anak yang didampingi saat bermain lama kelamaan akan menjadi "master" permainan yang melatih mereka untuk menjadi mandiri.

AAL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar