Laman

Minggu, 29 November 2015

Perawatan Jika Bayi Diare

Dokter yang bijak biasanya tidak merekomendasikan obat anti diare untuk bayi. Namun, dokter bisa saja meresepkan antibiotik atau obat anti parasit bila diare terebut diketahui disebabkan oleh infeksi bakteri, atau parasit.

Bayi dengan diare berat yang mengalami dehidrasi harus mendapatkan cairan infus (intravena/IV) di rumah sakit.

Dokter juga mungkin akan menyarankan Anda agar memberikan bayi Anda cairan rehidrasi (pengembali cairan) seperti oralit. Oralit tentu saja bisa dibeli dengan bebas di toko-toko obat, mengandung cairan dan elektrolit yang dapat mencegah atau mengobati dehidrasi.

Jika diare terjadi lebih dari 4 hari walaupun bayi tidak menunjukkan gejala dehidrasi atau gejala berbahaya lainnya, segera bawa ke dokter.

Jika anak Anda selama ini mendapatkan makanan padat, dokter/ahli anak mungkin saja akan merekomendasikan makanan bertepung seperti pisang, saus apel dan sereal beras hingga diare berhenti. Ibu yang menyusui juga mungkin perlu untuk mengatur pola makannya, tidak lagi mengonsumsi makanan/obat-obatan yang kemungkinan bisa memicu diare pada bayi.

Bayi dengan makanan padat yang mengalamai diare mungkin juga harus menghindari makanan apapun yang dapat memperburuk diare, termasuk :
- Makanan berminyak
- Makanan yang tinggi serat
- Susu formula dan keju
- Penganan semacam kue

Diare yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri sangat mudah menular. Cuci tangan dengan air hangat dan sabun setiap kali Anda mengganti popok bayi, ini untuk mencegah penyebaran infeksi.

Yang Harus Dilakukan Pada Bayi Diare

Bila terjadi diare, tetap berikan ASI dan cairan agar si bayi tidak mengalami dehidrasi. Bila perlu, berikan oralit. Untuk sementara waktu, ganti makanannya dengan pisang, kentang, saus apel atau sereal beras (kombinasi lebih baik). Sang ibu (bila menyusui) sebaiknya juga menghentikan mengonsumsi makanan atau obat-obatan yang dicurigai menjadi penyebab diare si anak.

Yang harus menjadi perhatian adalah amati intensitas dan kuantitas diare pada bayi. Amati juga apakah bayi mengalami dehidrasi atau gejala lain (disebutkan di atas) yang mengharuskan si bayi segera di bawa ke dokter. Bila tidak ada gejala-gejalanya, perawatan bisa dilakukan di rumah.

Penyebab Diare dan Pengaruhnya pada Bayi

Jika bayi Anda terkena diare atau mencret setiap orang tua pasti akan mengkhawatirkan. Diare merupakan penyakit yang mematikan jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.  Tinja saat diare pada bayi bisa muncul dalam tekstur, warna dan bau yang berbeda-beda. Perbedaan tekstur tinja semacam ini biasanya tergantung dari apa yang bayi makan (ASI, susu formula atau makanan padat).

Satu atau dua kali tinja encer yang keluar pada bayi mungkin tidak perlu dikhawatirkan. Hal itu biasa terjadi pada minggu atau bulan pertama si bayi. Namun, jika mencret terlalu sering atau hebat, ini bukan lagi saatnya bagi Anda untuk mengadakan perawatan di rumah, sebaiknya segera bawa si bayi ke dokter.

Penyebab Diare pada Bayi

Bayi yang diare dapat disebabkan karena banyak faktor, antara lain :
- Alergi makanan atau sensitif terhadap suatu obat-obatan
- Minum jus buah terlalu banyak
- Keracunan
- Infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit

Diare terjadi karena penyebab-penyebab di atas yang masuk ke dalam pencernaan si bayi (melalui mulut). Bisa saja makanan dan minuman si bayi sudah terkontaminasi/terkotori dengan bakteri, parasit atau virus, racun hingga bahan kimia. Jangan hanya berorientasi pada makanan dan minuman yang dikonsumsi si bayi saja, sentuhan tangan si bayi terhadap sesuatu, lalu si bayi memasukkan tangannya ke mulut, juga merupakan jalan masuk bagi penyebab-penyebab diare.

Peralatan makan si bayi pun harus terjamin kebersihannya, bersih dari bakteri / virus dan bahan kimia /obat-obatan. Percuma kan jika Anda menjaga kebersihan makanan dan tangannya namun tidak menjaga kebersihan peralatan makannya. Umumnya ibu-ibu rumah tangga menggunakan bahan-bahan kimia/semacam deterjen yang banyak dijual di pasaran untuk membasuh peralatan makan.

Nah, proses pembilasan harus dilakukan dengan benar, pastikan peralatan makan tersebut sudah dibilas dengan bersih agar bahan kimia pencuci tidak lagi tinggal di peralatan makan. Yang terbaik setelah itu adalah merebus semua peralatan makannya. Dan jangan lupa beri pengertian kepada orang yang mencuci peralatan makan keluarga Anda, terutama peralatan si bayi. Jika Anda merasa ragu, sebaiknya lakukan sendiri.

Sang ibu / pengasuh bayi sendiri sebaiknya harus sering mencuci tangan, sebelum dan sesudah makan, setelah mengganti popok, setelah menggunakan kamar mandi. Ini semua penting untuk mencegah diare.

Jika Anda menyusui si bayi, ada baiknya Anda tidak menggunakan obat pencahar karena sebagian dari obat pencahar tersebut akan masuk ke bayi melalui ASI yang akhirnya akan menimbulkan mencret bagi si bayi.

Apa Pengaruh Diare pada Bayi ?

Diare jelas akan mengganggu keseimbangan normal dari air dan garam (elektrolit) pada bayi. Ketika air dan elektrolit hilang dalam jumlah yang banyak (karena diare), bayi akan mengalami dehidrasi. Dan hilangnya air dan elektrolit pada bayi harus mendapatkan penggantian secepatnya. Pada bayi, dehidrasi bisa terjadi sangat cepat. Bisa langsung terjadi pada hari dimana ia diare atau keesokan harinya dan itu sangat berbahaya, terutama bagi bayi yang baru lahir.

Berikut tanda-tanda dehidrasi pada bayi :
- Buang air kecil (BAK) lebih sering dari biasanya
- Lekas marah (rewel)
- Mulut kering
- Tidak ada air mata saat menangis
- Lesu dan sering mengantuk (diluar kebiasaan)
- Sunken soft spot (cekung ubun-ubun)
- Kulit tidak elastis (kulit tidak langsung kembali setelah ditekan atau dicubit)

Bila terdapat gejala-gejala diatas, jangan tunggu lama, apalagi masih mau menangguhkan untuk merawatnya di rumah, segeralah pergi ke dokter. Juga, segera pergi ke dokter jika bayi Anda memiliki gejala-gejala ini :
- Demam lebih dari 38,8 derajat celcius
- Nyeri perut (balita yang sudah bisa mengungkapkan perasaanya)
- Darah atau nanah dalam tinja, atau tinja berwarna hitam, putih atau merah
- Kelesuan
- Muntah-muntah

Ini Sebabnya Berat Badan Bayi Tidak Bertambah

Tumbuh kembang bayi haruslah stabil, dan ini tergantung dari banyak hal. Bayi yang tumbuh sehat adalah bayi yang perkembangan otak dan pembangunan fisiknya tepat. Salah satu faktor penting pertumbuhan bayi adalah berat badan. Dan salah satu indikator yang menunjukkan anak itu sehat adalah bertambahnya berat badan setiap bulannya.

Kenaikan berat badan bukanlah proses yang cepat, tapi harus konsisten. Ada tingkatan-tingkatan tertentu dimana berat badan bayi harus bertambah. Berat badan yang kurang atau lebih dari normal akan berbahaya bagi bayi.

Pada rentang usia bayi antara satu sampai tiga tahun, biasanya memang tidak terjadi banyak peningkatan berat badan sebagaimana pada usia ini bayi sangat aktif. Hal ini sangatlah normal, hanya saja para ibu harus mewaspadai jika terjadi penurunan berat badan bayinya.

Jika berat badan bayi tidak kunjung bertambah dalam kurun waktu tertentu, hal ini harus diwaspadai dan diperlakukan dengan benar. Penyebabnya bisa karena memang bayi kekurangan gizi atau karena masalah kesehatan yang butuh penanganan medis segera.

Jika Anda telah mencoba banyak tips tapi berat badan bayi Anda tidak kunjung bertambah, maka ada beberapa faktor yang mungkin menyebabkannya. Dan penyebab-penyebab ini harus segera mendapatkan perhatian medis. Berikut penyebab-penyebab berat badan bayi tidak bertambah.

Penyakit
Bila bayi menderita suatu penyakit, maka nafsu makannya akan menurun dengan drastis. Jangankan bayi, orang dewasa saja tidak mau makan apabila sedang sakit. Langkah yang bijak, ketika anak sakit berikan apa yang mereka inginkan dan berikan banyak cairan. Begitu bayi sudah mulai sehat, berikan mereka makanan yang tepat untuk mengembalikan berat badan mereka yang hilang karena sakit.

Gangguan pencernaan
Berat badan bayi tidak bertambah bisa jadi disebabkan karena adanya gangguan pencernaan. Parahnya, gangguan pencernaan seringkali tidak teridentifikasi oleh para orangtua. Gangguan pencernaan tersebut antara lain diare, refluks, penyakit celiac dan intoleransi pada susu.

Depresi ibu pasca melahirkan
Sesuai dengan sebutannya, depresi ini terjadi setelah sang ibu melahirkan bayi. Ini cukup umum terjadi dan akan hilang seiring dengan waktu. Tapi, selama periode 'depresi' ini biasanya sang ibu tidak memberikan perhatian yang tepat untuk apa yang dibutuhkan bayi. Selama periode inilah seorang ibu akan membutuhkan seorang pengasuh bayi yang tepat.

Penyakit yang tidak umum
Berat badan bayi tidak bertambah juga bisa karena penyakit yang tidak umum seperti masalah pada paru-paru, cystic fibrosis, cerebral palsy, masalah kromosom, down syndrome, penyakit jantung, anemia, dan gangguan metabolik dan endokrin atau kekurangan hormon. Kondisi-kondisi ini merupakan kejadian yang tidak umum terjadi. Meskipun begitu, kondisi-kondisi ini dapat dikendalikan atau disembuhkan jika bayi cepat terindentifikasi dan cepat mendapatkan perawatan yang tepat.

Stres dan masalah makan
Biasanya stres dan gangguan makan terjadi pada bayi usia 12 bulan keatas. Jika berat badan bayi tidak kunjung bertambah, bisa dikaitkan dengan masalah menyusui. Seperti kapan saja waktu pemberian ASI, bagaimana posisinya ketika menyusui atau frekuensi menyusunya. Selain itu, gangguan menelan juga dapat menyebabkan bayi tidak mau makan.

Rabu, 04 November 2015

Anak Sehat, 60 Menit Sehari Harus Bergerak

Menurut WHO dalam terbitannya yang berjudul Global Health Risk: Mortality and Burden of Deases Attributable to Selected Major Risk menunjukkan bahwa kurangnya aktifitas fisik termasuk dalam atribut penyebab kematian peringkat keempat tertinggi setelah darah tinggi, diabetes, dan merokok. Maka, WHO merekomendasikan setidaknya orang dewasa harus melakukan aktifitas fisik yang selama 30 menit setap hari atau 150 menit setiap minggunya. Lalu bagaimana dengan anak-anak?

Andi Kurniawan, Dokter Spesialis Olahraga menjelaskan aktifitas fisik anak-anak sangat penting dan intensitasnya berbeda dengan orang dewasa. "Aktifitas fisik yang dilakukan anak-anak dua kali lebih lama dibanding orang dewasa yaitu 60 menit sehari, karena anak-anak masih dalam masa pertumbuhan dan berkembang," kata dia.

Dokter yang juga Advisor Gerakan Indonesia SeGar (Sehat dan Bugar) ini melanjutkan, aktifitas bergerak dengan intensitas tinggi seperti permainan-permainan yang melibatkan loncatan seperti loncat tali dan permainan lannya akan meningkatkan puncak masa tulang anak. "Grafik itu akan masuk puncaknya pada saat anak memasuki pubertas. Jadi ketika anak melakukan aktifitas lebih banyak maka resiko osteoporosinya akan lebih kecil dari padda yang tidak aktif," katanya.

Sayangnya menurut penelitian, anak-anak hanya melakukan aktifitas 60 menit dalam satu minggu yaitu ketika mereka sedang belajar olahraga atau penjaskes. Ia juga menyayangkan, kemajuan teknologi juga jadi salah satu faktor mengapa anak-anak kini lebih senang diam. "Banyak main gadget, jadi enggak bergerak," tuturnya. Dulu, ia menilai, anak-anak lebih aktif dibandingkan dengan sekarang. "Dulu, ada pendidikan jasmani, senam SKJ juga ada bahkan dilombakan saat ebtanas," kata dia.

Andi mengatakan hal ini menjadi satu tantangan tersendiri bagi Gerakan Indonesia Segar untuk memberikan edukasi kepada salah satu elemen penting yaitu dalam pilar pendidikan.


PA